Selasa, 30 Desember 2014

Program Matrikulasi Jurusan Akidah Filsafat Konsep Forum Kajian Akidah Filsafat (FOKAFI) Tahun 2015-2016



A.   Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan saat ini sangat bergairah, hampir semua fakultas dan jurusan favorit banjir mahasiswa yang masuk, bahkan mereka harus membuang para calon mahasiswa yang tidak bisa lulus dalam ujian masuk yang mereka beri target tinggi untuk menyaring para calon mahasiswa yang masuk.
Fakultas dan jurusan yang kebanjiran merupakan fakultas dan jurusan yang menjanjikan dunia kerja. Sedangkan fakultas dan jurusan yang berorientasi pada keilmuan semata berjuang mati-matian untuk mendapatkan mahasiswa bahkan harus menerima para mahasiswa yang tidak lulus di fakultas dan jurusan favorit tersebut.
Fakta ini berlangsung di hampir seluruh Indonesia, tidak terkecuali Fakultas Ushuluddin yang lebih khusus adalah Jurusan Akidah Filsafat. Dari permasalahan ini timbul beberapa imbas yang cukup berpengaruh salah satunya kurang bersemangatnya para mahasiswa menjalani perkuliahan di jurusan Akidah Filsafat yang mana ini berpengaruh penerimaan dari kelimuan yang disampaikan oleh para dosen di jurusan Akidah Filsafat. Namun masalah yang akan menjadi fokus perbaikan dari Program ini adalah bagaimana dari mahasiswa yang masuk di jurusan Akidah Filsafat ini sangat tidak menguasai dasar-dasar ilmu yang harusnya dimiliki oleh seorang calon mahasiswa Akidah Filsafat. Sehingga ini menyulitkan bagi para dosen untuk menyampaikan materi perkuliahan karena daya tangkap yang tidak seimbang dari mahasiswanya.
Oleh Karena itu kami ingin menawarkan Program ini yang diberi nama dengan:
“Program Matrikulasi Jurusan Akidah Filsafat”
B.   Penjelasan Program
Program ini terinspirasi dari program matrikulasi mahasiswa S2 di STF Driyarkara, namun program ini bukan pada menutupi kekurangan mahasiswa Akidah Filsafat dari sisi keilmuan dasar dari Jurusan Akidah Filsafat, namun juga menyentuh pada sisi Soft Skill dari mahasiswa tersebut
Jadi pada dasarnya program ini akan menghasilkan mahasiswa Akidah Filsafat yang siap pada dasar kelimuan dan Soft Skill yang bagus sebagai seorang mahasiswa. Sehingga akan mempermudah para mahasiswa dan dosen dalam interaksi kelimuan juga akan membangun suasana keilmuan yang kental di jurusan akidah filsafat.


C.    Konsep Program
Program ini akan dibagi ke dalam dua bagian yaitu :
1.      Program pengembangan Softskill
Dalam program ini mahasiswa akan diberikan bekal kemampuan dasar yang membantui dia dalam menjalani perkuliahan di Akidah Filsafat. Program ini meliputi beberapa bagian yaitu:
a.      Membaca
Dalam program ini akan memberikan bagaimana membaca buku yang efektif dan bacaan apa yang diperlukan oleh seorang mahasiswa jurusan Akidah Filsafat, ini menjadi bagian pertama dalam program ini karena mahasiswa di jurusan ini sering mengalami kesulitan dalam beradaptasi karena mereka tidak terbiasa dalam membaca bacaan yang ditawarkan di jurusan karena sangat asing bagi mereka.
b.      Menulis
Program ini akan menambah skill dalam bidang tulis menulis yang sangat rendah di diri para mahasiswa ini, sebenarnya dalam mata kuliah yang disusun oleh Fakultas Ushuluddin namun kelebihan dari program kita adalah dalam program ini mahasiswa akan dibimbing dengan sangat intensif untuk mengembangkan kemampuan menulisnya
c.       Diskusi
Ini merupakan salah satu keunikan dalam program ini karena dalam program ini mahasiswa akan diajak untuk bisa berkomunikasi yang baik dan bagaimana memberikan pendapat yang baik juga cara untuk bagaimana mengolah hasil bacaan dan tulisan kita dalam sebuah diskusi yang bagus dan membangun keilmuan kita.
2.      Program pengembangan Skill Mahasiswa
Dalam program ini mengkhususkan bagaimana mahasiswa itu bisa peka akan permasalahan yang ada di sekitarnya juga bisa memberikan pemikiran untuk permasalahan tersebut
Program ini akan lebih ditekankan pada kepekaan dan kemampuan menangkap sebuah masalah dan menilitinya, sehingga bisa memberikan solusi dalam permasalahan tersebut.
D.   Waktu Pelaksanaan
Program ini akan berlangsung selama 1 tahun dibagi dalam 2 semester dan efektif selama 9 bulan. Adapun rincian pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:



1.      Program pengembangan Softskill Mahasiswa
Ini akan dilaksanakan selama 4 bulan pertama pasca penerimaan mahasiswa dimana dibagi dalam 5 Pertemuan setiap bagian dan akan di akhiri dengan 1 kali pertemua evaluasi
2.      Program Pengembangan Skill Mahasiswa
Ini akan dilaksanakan di 5 bulan kedua pasca libur semester ganjil dan akan terus dilakukan secara intensif sepanjang 4 bulan selama Program ini berjalan dan akan ada evaluasi di akhir pertemuan program ini
Adapun seluruh peserta diwajibkan ikut seluruh program sejumlah 100% sehingga kemampuan semua peserta akan memiliki kemampuan yang setara dan jadwal pertemuan program ini akan disusun berikutnya
E.    Pelaksana dan Peserta Program
Yang akan melaksanakan program ini adalah seluruh pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akidah Filsafat dan yang akan menjadi peserta program ini adalah seluruh mahasiswa baru jurusan Akidah Filsafat.
Adapun yang akan memberikan materi dalam program ini adalah : Dr. Mujiburrahman, Dr. Irfan Noor, M.Hum, Dr. Fatrawati Kumari, M.Hum., Dr. Ahmad Syadzali, M.Hum., dan Drs. Ahmad Barjie
F.    Penutup
Hasil yang akan dicapai dalam program ini adalah kemampuan yang cukup bagi semua mahasiswa baru fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah Filsafat

Senin, 22 Desember 2014

Terpaksa Bungkam: Sebuah Renungan Setelah Nonton Film Senyap



Film Senyap karya Joshua Oppenheimer ini mengambil latar belakang keluarga yang anggota keluarganya dibunuh karena terlibat PKI, yang menjalani kehidupan dengan stigma dan rasa tertekan juga sedih yang luar biasa karna hidup harus berdampingan dengan para eksekutor keluarga mereka
Ketika mendengar film ini saya merasa bahwa ini film akan sangat membosankan yang kalau bagi anak muda sekarang dengan “boring”, namun labelnya sebagai film semi dokumenter sejarah maka saya sangat antusias menonton film ini. Namun karna keterbatasan pengetahuan saya akan film ini saya tidak mengetahui bahwa film ini merupakan sekuel dari film Joshua Oppenheimer sebelumnya yang berjudul “Jagal”.
Film ini dimulai dengan memperlihatkan bagaimana sulitnya hidup para keluarga yang “terlibat” PKI, tapi film ini juga memotret bagaimana kehidupan yang berjalan ini dipaksa untuk berjalan “Normal”  karna para pelaku aksi pembasmian PKI ini dilabeli sebagai penyelamat bangsa karna jasanya menghapus jejak PKI di tanah air kita ini. Bahkan merekan sangat bangga dan tidak merasa apa yang mereka lakukan itu adalah sebuah kesalahan, Bahkan mantan presiden SBY mengusulkan sang mertua untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional namun ditolak oleh para anak korban 65 juga Komnas HAM RI dan dibatalkan. Namun bagi para keluarga yang anggota keluarganya terlibat itu sangat menyakitkan karna hampir setiap hari bertemu dan tahu siapa sang eksekutor (baca:jagal) anggota keluarganya dibunuh dengan perlakuan yang disebut oleh Soe Hok Gie adalah “perlakuan yang tidak pantas bagi orang yang mengaku betuhan”.
Kebungkaman karna ketakutan akan perlakuan yang sama akan diterima oleh mereka yang ditinggalkan, namun ditengah kebungkaman itu pastilah kadang terlintas rasa frustasi, putus asa, kebencian dan sebagainya didalam hati mereka. Stigma dan Propaganda yang sangat gencar oleh Orde Baru sangat sukses bahkan kalau kita mau jujur pada diri kita sendiri maka setiap kita mendengar kata-kata Komunisme bahkan PKI maka stigma yang muncul dalam pikiran kita itu adalah kejahatan yang luar biasa. Namun pernahkah kita bertadabbur bahwa apakah yang mereka “lakukan” di tragedy G30S itu sudah mendapatkan keadilan yang memang adil atau hanyalah kebencian yang ditanamkan didalam hati dan pikiran kita.
Film Senyap mengambil tempat disalah satu desa di Deli Serdang ini sangat sukses memberikan gambaran yang lain (yang kalau kata Filsuf Foucault itu adalah Sub Versi) dari apa yang dulu diwajibkan menonton oleh pemerintah. Kita tidak pernah mau melihat apa yang dirasakan oleh mereka yang dirugikan selama ini atas kejadian G30S siapapun itu.
Banyak orang yang mengangkat ini yang disebut sebagai bagian sejarah paling kelam dalam sejarah Indonesia namun sering ditolak dengan sebutan Antek PKI, Tidak Bertuhan dan lain-lain. Yang jelas seakan-akan kejadian ini akan dibiarkan bahkan dikubur dalam-dalam bahkan kalau bisa dilupakan saja, namun Komnas HAM RI tahun ini membuat langkah luar biasa pada tanggal 10 Desember 2014 yang diperingati sebagai hari HAM Internasional itu sebagai start program Indonesia Menonton Senyap. Atas apa yang dilakukan oleh Komnas HAM ini kita patut berterima kasih karna mereka masih mau melihat apa yang saya sebut sebagai salah satu tindakan paling “brutal” .  Namun kita perlu ingat bahwa kita membuka lembaran ini hanyalah mencari keadilan bukan untuk membenarkan apa yang salah dan menyalahkan apa yang benar.
Selamat #NONTONSENYAP